
Bontang – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang menegaskan bahwa edukasi masyarakat menjadi ujung tombak dalam upaya menekan angka stunting. Menurut Kepala Dinkes Bontang, Bahtiar Mabe, intervensi gizi memang penting, tetapi perubahan perilaku masyarakat jauh lebih menentukan hasil jangka panjang.
“Stunting tidak bisa hanya dicegah dengan makanan tambahan. Yang paling krusial adalah bagaimana masyarakat memahami pentingnya gizi seimbang dan pola hidup bersih sehat. Itu yang masih jadi tantangan besar,” ungkapnya, Selasa (16/9/2025).
Ia menjelaskan, perilaku masyarakat yang beragam sering kali membuat proses edukasi tidak berjalan mulus. Ada warga yang cepat memahami pesan kesehatan, tetapi tidak sedikit pula yang sulit menerima meski sudah berkali-kali diberikan sosialisasi.
Untuk memperkuat upaya edukasi, Dinkes berencana mengaktifkan kembali mobil penerangan keliling. Fasilitas ini akan menyasar setiap kelurahan secara rutin untuk memberikan informasi seputar gizi, kebersihan lingkungan, hingga pencegahan penyakit menular.
“Mobil penerangan ini dulu efektif menjangkau warga. Sekarang kami coba hidupkan lagi agar informasi kesehatan bisa sampai langsung ke masyarakat,” katanya.
Ia juga menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor dalam menyebarkan pesan kesehatan. Tidak cukup hanya Dinkes, melainkan juga peran lurah, camat, tokoh masyarakat, hingga media massa yang bisa membantu memperluas jangkauan informasi.
“Kalau hanya Dinkes yang bergerak, hasilnya terbatas. Semua pihak harus ikut menyuarakan pentingnya PHBS agar bisa menjadi kebiasaan sehari-hari,” tegasnya.
Ia bilang, perubahan perilaku memang membutuhkan proses panjang. Sosialisasi tidak boleh berhenti sekali saja, tetapi harus dilakukan terus-menerus agar benar-benar membentuk pola hidup sehat di masyarakat.
“Kalau kita konsisten, maka literasi kesehatan masyarakat akan meningkat, dan stunting bisa dicegah sejak dini,” pungkasnya. (Re)














Leave a Reply