
Bontang – Angka stunting atau bayi dengan gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi kronis di wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara 2 menunjukkan tren menurun dalam tiga tahun terakhir. Kondisi ini menjadi sinyal positif bahwa program intervensi gizi dan peningkatan kesadaran masyarakat mulai membuahkan hasil.
Pada tahun 2022, angka stunting di wilayah ini tercatat 29 persen. Angka tersebut kemudian turun secara bertahap, hingga pada semester pertama 2025 tercatat berada di posisi 22 persen. Meski angka ini masih cukup tinggi, namun penurunan tersebut dinilai signifikan sebagai hasil dari penguatan layanan kesehatan ibu dan anak.
Kepala Puskesmas Bontang Utara 2, Dwiyanti menjelaskan, penurunan angka stunting tidak terlepas dari keberhasilan kader posyandu, edukasi gizi di masyarakat, serta program operasi timbang yang lebih terkoordinasi. Ia menegaskan, anak balita yang berusia di bawah dua tahun masih memiliki peluang besar untuk keluar dari kondisi stunting jika mendapat intervensi gizi yang tepat.
“Anak-anak di usia golden age masih bisa dikejar pertumbuhannya. Dengan edukasi, susu tinggi protein, serta pendampingan kader, kondisi mereka bisa membaik,” ujarnya.
Meski begitu, pihaknya tetap mendorong agar masyarakat konsisten membawa anak balita ke posyandu untuk dipantau perkembangannya. Sebab, masih ditemukan balita yang ditimbang di rumah sakit atau klinik swasta, namun datanya tidak masuk ke dalam catatan Puskesmas.
“Ke depan, kami mendorong sistem pencatatan terintegrasi. Jadi meski ditimbang di rumah sakit atau klinik, hasilnya tetap terkoneksi dengan data kami,” tambahnya.
Tren penurunan ini diharapkan terus berlanjut, sehingga angka stunting di Bontang Utara 2 dapat turun hingga ke level aman di bawah 14 persen sesuai target nasional tahun 2024. (Re)
Leave a Reply