
Bontang – Penerapan sekolah inklusif di Kota Bontang tak sekadar membuka akses pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), tetapi juga menuntut keterlibatan aktif dari orang tua dan sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang Saparuddin mengingatkan, pentingnya sinergi antara orang tua dan tenaga pendidik dalam mendampingi tumbuh kembang ABK di sekolah reguler.
Ia menyebut, pendidikan inklusif hanya akan berjalan efektif jika seluruh pihak terlibat memahami perannya masing-masing.
“Sekolah inklusif ini bukan sekadar menggabungkan ABK ke sekolah umum. Lebih dari itu, sekolah dan orang tua harus siap menjadi pendamping aktif agar anak-anak merasa diterima dan tidak mengalami perundungan,” ujar Saparuddin, Jumat (9/5/2025).
Ia menambahkan, orang tua juga memiliki peran krusial dalam proses awal penerimaan anak, salah satunya dengan mengikuti tahapan diagnosis di Autis Center. Tes ini menjadi dasar dalam menentukan apakah anak dapat bergabung di sekolah umum atau perlu diarahkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) yang lebih sesuai dengan kebutuhannya.
“Orang tua perlu memahami kondisi anak sejak dini. Hasil diagnosis itu akan menentukan penempatan sekolah, jadi kita tidak sembarangan. Harus sesuai kebutuhan dan kesiapan sekolah,” jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan, tenaga pendidik di sekolah-sekolah inklusif di Bontang telah dibekali pelatihan dasar dalam menangani siswa ABK. Namun, ia berharap penguatan kapasitas guru bisa terus dilakukan agar proses belajar berjalan maksimal.
Ia mengimbau, bagi masyarakat untuk tidak mudah termakan isu yang menyesatkan soal proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB).
Terutama bagi orang tua ABK, penting untuk memahami jadwal dan jalur pendaftaran dengan baik.
“Jangan ragu berkonsultasi langsung ke sekolah atau ke dinas jika ada yang belum jelas. Kami pastikan semua anak mendapat kesempatan yang adil,” pungkasnya. (Adv/Rae)










Leave a Reply