
BONTANG – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Kota Bontang mengajak para pendidik untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan kesadaran diri yang kuat.
Pesan ini mengemuka dalam kegiatan Temu Komunitas GSM yang dirangkai dengan Nonton Bareng (Nobar) Ngkaji Pendidikan bertema “Pendidikan dari Masa Depan”, Selasa (21/10/2025), di PLA Autis Center Bontang.
Komunitas GSM Bontang yang berdiri sejak Oktober 2023 ini menjadi ruang bagi insan pendidikan untuk terus belajar, berdialog, dan berbagi pengalaman dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna.
Kepala Seksi Kurikulum dan Peserta Didik PAUD dan PNF Disdikbud Kota Bontang, Syarifah Muslimah, menegaskan bahwa teknologi AI kini berkembang sangat cepat, dan hal itu menuntut dunia pendidikan untuk menyesuaikan diri tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.
“AI bisa menjadi kemajuan luar biasa, tetapi juga bisa menjadi ancaman jika digunakan tanpa kebijaksanaan,” ujarnya. “Seperti halnya bom atom yang dulu menghancurkan Hiroshima, AI pun bisa menimbulkan dampak besar jika manusia kehilangan empati dan kesejatian dirinya.” ujarnya.
Syarifah mengajak para guru untuk merefleksikan kembali peran mereka dalam membentuk karakter murid. Menurutnya, pendidikan masa depan tidak cukup hanya menyiapkan anak-anak yang pandai secara kognitif, tetapi juga mampu berpikir kritis, berempati, dan menjadi manusia otentik.
“Sudahkah kita menyiapkan murid untuk belajar berpikir dan merasa? Untuk menjadi manusia yang sadar dan memiliki karakter?” tambahnya.
Usai kegiatan nobar, peserta diajak melakukan refleksi dan diskusi bersama tentang apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan akan lakukan ke depan sebagai guru di era teknologi ini.
Melalui kegiatan ini, GSM Bontang berharap ekosistem belajar di kelas semakin hidup bukan sekadar transfer ilmu, melainkan ruang dialog yang menumbuhkan rasa ingin tahu dan kesadaran berpikir pada diri siswa.
Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa pendidikan masa depan bukan semata tentang teknologi, melainkan tentang bagaimana manusia mendidik manusia lainnya agar tetap menjadi pribadi yang utuh di tengah arus digitalisasi. (Adv/Azi)
Leave a Reply