
Bontang – Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang menunjukkan angka stunting pada 2024 berada di angka 21,7 persen. Dari total 10.055 balita yang mengikuti operasi timbang, tercatat 1.739 anak memiliki postur pendek. Namun setelah melalui justifikasi, hanya 1.219 balita yang benar-benar masuk kategori stunting.
Kepala Dinkes Bontang, Bahtiar Mabe, menegaskan pentingnya pemahaman masyarakat terkait perbedaan anak pendek karena faktor genetik dengan anak yang mengalami masalah gizi. Menurutnya, tidak semua tubuh mungil dapat langsung dikategorikan stunting.
“Kalau gizinya baik meski tubuhnya pendek, itu tidak bisa langsung disebut stunting. Jadi data yang keluar ini sudah benar-benar terverifikasi,” jelasnya, Selasa (16/9/2025).
Sebagai tindak lanjut, 1.219 balita yang mengalami stunting mendapatkan intervensi berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) plus susu selama 58 hari. Program ini sudah berjalan sejak Agustus 2025 dan kini mendekati tahap akhir pelaksanaan.
Ia menyebut ada tiga faktor utama penyebab stunting di Bontang. Yakni bayi lahir dengan berat badan rendah, wasting (kondisi kurus), serta underweight (berat badan di bawah standar). Ketiganya berhubungan erat dengan kesehatan ibu hamil, remaja putri, dan calon pengantin.
Berdasarkan data, saat ini terdapat 65 ibu hamil di Bontang yang mengalami kekurangan energi kronis, serta 132 calon pengantin dengan anemia. Kondisi tersebut berisiko melahirkan generasi dengan masalah gizi sejak dini.
“Kelompok ini wajib mendapat perhatian. Kalau gizinya terjaga, maka risiko stunting bisa ditekan,” tegasnya.
Ia optimistis, jika upaya intervensi gizi terus menyasar kelompok rentan tersebut, angka stunting di Bontang bisa turun drastis dalam lima tahun ke depan, bahkan mendekati nol.
Ia menegaskan, data terbaru ini menjadi dasar penting Pemkot Bontang untuk memastikan program intervensi gizi tidak berhenti, melainkan berjalan secara berkesinambungan. (Re)
Leave a Reply