
Bontang – Membangun budaya literasi tak bisa hanya mengandalkan sekolah. Kolaborasi semua pihak menjadi kunci, seperti yang terlihat di SDN 016 Tihi-Tihi, Bontang. Berkat kerja sama antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah, sekolah yang berada di wilayah pesisir itu kini memiliki perpustakaan permanen lengkap dengan Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) resmi dari Perpustakaan Nasional.
Kepala Sekolah SDN 016 Tihi-Tihi, Tri Ayuningsih Pujiastuti, mengisahkan awal mula perjuangan membangun ruang baca tersebut. Saat pertama kali ditugaskan, tidak ada perpustakaan khusus. Buku-buku tersebar di rak-rak kelas, bahkan sempat disatukan dengan dapur.
“Buku cerita untuk kelas 1 malah ada di kelas 5. Saya merasa ini perlu ditata. Dari situ muncul niat untuk membangun perpustakaan yang layak,” ujar Tri saat dikonfirmasi, Senin (19/5/2025).
Langkah pertama adalah mengajak kolaborasi. Ia berkoordinasi dengan ketua komite sekolah, Indra Gunawan, dan ketua RT, Muslimin. Bersama warga, mereka menyulap bangunan mangkrak bekas tandon air menjadi ruang perpustakaan permanen. Dengan dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang, ruang tersebut akhirnya dibangun secara resmi.
“Bangunan itu sebelumnya cuma tempat nyimpan kapal rusak. Kami ajukan pemanfaatannya ke komite dan RT, lalu ke Disdikbud. Disetujui, dan Alhamdulillah jadi perpustakaan sekarang,” jelasnya.
Setelah perpustakaan berdiri, Tri melanjutkan perjuangannya dengan mengurus legalitas agar mendapat pengakuan resmi. Ia dibantu petugas Perpusda dan mengurus berbagai dokumen, seperti SK pendirian, struktur organisasi, hingga data koleksi buku. Kurang dari setahun, NPP resmi dari Perpusnas berhasil diterbitkan.
Selain dukungan internal, semangat membangun literasi juga mendapat perhatian dari luar. SDN 016 Tihi-Tihi mendapat bantuan Rp5 juta dari Achmad Khoiruddin, President Director & CEO Badak LNG untuk pengadaan buku. Disdikbud Bontang juga memberikan hibah TV pintar untuk mendukung pembelajaran digital.
Plt Kepala Disdikbud Bontang, Saparuddin, mengapresiasi kolaborasi tersebut. Ia menyebut keberhasilan SDN 016 Tihi-Tihi sebagai contoh inspiratif bagaimana semangat gotong royong bisa menjawab keterbatasan di daerah terpencil.
“Kita lihat bagaimana sekolah, masyarakat, dan pemerintah bisa bersatu untuk menciptakan fasilitas yang bermanfaat. Ini akan kami dorong juga di sekolah-sekolah pinggiran lain,” ucapnya.
Kini, perpustakaan SDN 016 Tihi-Tihi tak hanya berfungsi sebagai ruang baca, tetapi juga digagas menjadi pusat edukasi masyarakat. Harapannya, semangat membaca bisa tumbuh kuat di pesisir Bontang, menjadi pondasi bagi kemajuan pendidikan di daerah. (Adv/Rae)
Leave a Reply