
Bontang – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam memutus rantai penularan tuberkulosis (TBC) dengan cara menjalani pengobatan hingga tuntas. Ajakan ini disampaikan Kepala Dinkes Bontang, Bahtiar Mabe, di tengah masih tingginya kasus TBC di kota tersebut.
Menurutnya, kendala terbesar dalam penanganan TBC bukan hanya jumlah kasus baru, melainkan masih rendahnya kepatuhan pasien dalam menyelesaikan pengobatan. Rata-rata hanya 80 hingga 86 persen pasien yang benar-benar tuntas minum obat, sementara sisanya berhenti di tengah jalan, pindah tanpa laporan, atau meninggal sebelum pengobatan selesai.
“Padahal pengobatan TBC gratis. Kalau pasien berhenti sebelum waktunya, penyakit bisa kambuh lagi bahkan lebih kebal obat. Ini yang berbahaya dan membuat target eliminasi sulit dicapai,” ujarnya, Selasa (16/9/2025).
Ia bilang, keberhasilan pengobatan tidak hanya bergantung pada pasien dan tenaga medis, tetapi juga dukungan dari keluarga, tetangga, dan lingkungan sekitar. Peran orang-orang terdekat sangat penting untuk mengingatkan pasien agar patuh minum obat setiap hari.
Ia juga menekankan pentingnya menghapus stigma di masyarakat.
“TBC bukan aib. Jangan pernah malu atau takut. Dengan terbuka, kita bisa segera mendapatkan pengobatan sampai sembuh total. Stigma yang membuat pasien putus obat harus kita hilangkan bersama-sama,” tegasnya.
Untuk memperkuat upaya itu, Dinkes gencar melakukan edukasi melalui posyandu, puskesmas, serta mengoptimalkan peran kader kesehatan. Peluncuran program Kelurahan Siaga TBC di Loktuan, Telihan, dan Tanjung Laut juga diharapkan dapat mendampingi pasien agar tidak kehilangan motivasi selama pengobatan.
Bahtiar optimistis, jika kepatuhan pasien meningkat, angka kesembuhan akan lebih tinggi, rantai penularan dapat diputus, dan target eliminasi TBC tahun 2030 bisa tercapai sesuai komitmen nasional. (Re)
Leave a Reply