Populism.id, BONTANG – Tingginya kasus stunting Kota Bontang sangat mengkhawatirkan. Melansir data Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes RI, kasus stunting di Bontang per Desember 2022 mencapai 22,8 persen naik 3 poin dari tahun sebelumnya.
Dimana ada 6 kelurahan yang paling disoroti dengan kasus balita stunting yang tinggi. Diantaranya Kelurahan Kanaan dengan persentase 26 persen, disusul Kelurahan Bontang Lestari dan Guntung masing-masing 23 persen dan 22 persen, Bontang Kuala 22 persen, serta Satimpo 13 persen dan Berbas Pantai 10 persen.
Sementara itu kasus balita di bawah usia dua tahun (Baduta) stunting mencapai 39 persen merata di 15 kelurahan.
Hal tersebut membuat pemerintah mesti berpikir keras mencari solusi untuk menekan jumlah kasus bayi dan balita stunting di Bontang.
Wakil Wali Kota Najirah dalam rapat evaluasi kineja aksi 8 Tim Percepatan Penurunan Stunting, di Pendopo Wali Kota, Selasa (17/1/203) pagi mengatakan, persoalan tersebut menjadi perhatian khusus pemerintah, karena menyangkut generasi penerus bangsa.
Selain itu pemkot juga dibebani target untuk menekan kasus stunting sampai 14 persen pada tahun 2024.
Maka ia meminta seluruh organisasi perangkat daerah termasuk perusahaan yang ada di Bontang, dapat bersinergi mengerjar target yang ditetapkan tersebut.
“Tahun ini kita harus berlari mengejar target, minimal capaiannya 16 persen,” kata Najirah.
Najirah bilang ada berbagai upaya yang bisa ditempuh dengan berorientasi pada pencegahan. Dimulai dari pendidikan, pendampingan dan pembinaan keluarga, mencegah pernikahan dini, perbaikan ekonomi, menyediakan makanan bergizi untuk ibu mengandung, bayi dan balita, selain itu peningkatan fasilitas kesehatan dan menyiapkan sumber daya manusia juga mesti dilakukan.
“Sekarang yang terpenting aksi di lapangan bukan lagi banyak seremonial,” ungkapnya.
Di tahun pertama lokus penanganan di lakukan di 5 kelurahan, dimulai dari Loktuan, Berbas Pantai, Berebas Tengah, Api-Api dan Kelurahan Gunung Elai.